Hingga saat ini, aku masihlah
seorang lelaki yang penakut. Kadang saat melihat wajahku sendiri di dalam
cermin , aku merasa melihat seorang
pecundang. Seorang lelaki yang payah. Seorang lelaki yang takut untuk menyatakan
sebuah perasaan kepada seorang wanita.
Saat masih bersekolah di bangku
SMU aku mencintai seorang gadis bernama Sarah. Seleraku bisa dikatakan tinggi
karena Sarah adalah anak seorang anggota DPR yang mana keluarganya sangat
berada. Dia mendapatkan status istimewa di sekolah karena kedudukan ayahnya.
Selain itu wajahnya sangat cantik. Toh, dia anak orang berada, setiap waktu
pasti akan merawat segala mahkota kecantikannya di beberapa tempat perawatan
berkelas. Sarah bagaikan bunga mawar di sekolahku saat itu.
Selera tinggiku itu memang tak sebanding
dengan latar belakang keluargaku yang hanya bekerja menjadi seorang buruh.
Memang secara logika aku tahu bahwa cinta tak memandang apapun. Cinta itu buta.
Dalam cinta hatilah yang memiliki segala indera perasa dan saling berbicara
dengan kasat mata. Meskipun pengetahuanku cukup mengenai apa itu cinta, namun
tak membantuku sama sekali untuk menyatakan perasaan ini kepada Sarah. Ditambah
lagi Sarah selalu bergonta - ganti pacar seperti halnya bulan ini dia
berpacaran dengan Andi sang ketua osis yang berwibawa, bulan depannya dia
berganti lagi dengan Zaenal sang anak pengusaha dan beberapa bulan berganti
lagi berpacaran dengan Roby sang anak kepala sekolah. Selama 3 tahun berada di
jenjang SMA dan menjadi pemuja rahasianya aku mencatat Sarah bergonta - ganti
pacar selama 11 kali. Dan para mantan - mantan pacar sarah pasti seorang siswa
yang beken dan mempunyai status disekolah. Hal itulah yang menambah ciut
nyaliku untuk menyatakan perasaan ini karena aku hanya seorang siswa biasa dan
hampir tak naik kelas saat berada di kelas 2 SMA andai saja wali kelasku bukan
sahabat dekat orang tuaku.
Hingga suatu malam di perayaan
pesta perpisahan kelulusan sekolah. Saat itu setelah berbincang dengan
sahabatku, kegiatanku hanya berputar - putar di area sekolah tidak jelas dengan
membawa dua gelas plastik pop ice. Saat itu aku berusaha untuk mencari lawan
bicara perempuan dengan jurus menawarkan sebuah pop ice cokelat sebagai
permulaan basa - basi. Namun sayang, sepertinya tidak ada yang berminat dan
kebanyakan sudah mempunyai pasangan. Akhirnya aku memutuskan untuk menyendiri menuju ke aula auditorium yang sepi. Tak
disangka, disana aku menemukan Sarah yang juga sedang menyendiri dan duduk di
salah satu bangku auditorium. Entah kenapa, saat itu keberanianku muncul dengan
mendadak. Mungkin karena rasa yang hampa di malam perpisahan dan kekecewaan tak menemukan teman wanita
untuk berbicara, dengan melihat Sarah di tempat sepi seperti ini, rasanya
kobaran api semangat jiwaku tersulut dan dikarenakan momennya juga tepat. Maka
dengan berani aku menghampirinya.
Ketika berada tak jauh darinya
aku melihat Sarah duduk termenung dengan kedua tangan bersedekap di depan
dadanya menekan kuat sweaternya yang tebal. Tatapannya kosong menewarang ke
arah panggung auditorium dan dia belum menyadari kehadiranku. Maka aku mulai
mengucapkan kata sapaan kepadanya :
"Maap, bolehkah aku duduk
disampingmu jika sekiranya tidak mengganggu?" Sapaku pelan dan memohon
sebuah izin darinya. Sarah sedikit tersentak mendengar suaraku dan dengan
segera mempersilahkanku duduk. Saat aku duduk dan melihat wajahnya yang
tersenyum, kulihat kantung matanya menebal dan warna matanya merah. Dia baru
saja habis menangis.
Saat itu aku memperkenalkan
diriku kepadanya. Menanyakan kepadanya apa yang dia lakukan sendirian di tempat
sepi ini ? Tapi Sarah hanya menjawab dia hanya mencari ketenangan sejenak dan
tidak mau mengatakan alasannya. Setelah itu aku menawarkan minuman pop ice ku
kepadanya, meski mungkin rasanya sudah agak hambar karena sudah kubawa
berkeliling sekolah namun dia menerimanya dan tak kusangka dia langsung
meminumnya sampai habis. Kemudian dia bertanya apa yang juga aku lakukan di
tempat sepi seperti ini? Maka aku jujur menceritakan bahwa hatiku sedang galau
karena tak mendapat teman bicara wanita di acara malam ini dan Sarah tertawa
sangat keras.
"Hahahaha kau sangat
menyedihkan Ario,"kata Sarah dengan gelak tawanya yang terkesan
cekikian."
"Ya, aku memang menyedihkan.
Tidak seperti dirimu yang dikelilingi banyak cowok. Kamu bagaikan idola di
sekolah ini Sarah. Banyak lelaki yang mengidolakanmu termasuk diriku dan...,
" saat itu aku kelepasan mengontrol omonganku yang menyatakan aku juga
menyukainya karena saking asyiknya bisa berbicara dengan Sarah dan langsung
menghentikan ocehanku mendadak.
"Benarkah kau salah seorang
penggemarku, hehehe, " Sarah hanya menimpalkan sebuah kata itu menyikapi
kediamanku mendadak dengan senyuman.
"Yah, aku pemuja rahasiamu.
Aku harus jujur malam ini atau entah harus kapan lagi kukatakan unek - unek
yang selalu mengganjal didalam benakku. Kalau kau mau bukti bahwa aku pemuja
rahasiamu aku bisa menyebutkan urutan nama - nama mantan pacaramu mulai dari
Andi, Zaenal, Roby, bla bla bla hingga yang terakhir bagaimana hubungan dengan
pacarmu Bryan sang wakil olimpiade dari sekolah kita?
Sarah diam sejenak mendengar
perkataanku barusan. Dia memandangku dengan begitu serius. Aku takut apakah aku
keceplosan dalam berbicara. Kemudian dia menghela napas dan menyandarkan
tubuhnya pada kursi dan berkata dengan
nada berat " Sebenarnya satu jam yang lalu aku putus dengan Bryan tepat
setelah pidato perpisahan."
Aku sedikit kaget mendengarnya
dan merasa bersimpati. Hening menyelimuti kita sejenak di dalam ruangan aula
auditorium yang sepi. Hingga beberapa saat aku kembali memulai percakapan ;
"Bolehkah aku tahu penyebab putusnya hubungan kamu dengan Bryan? Dan Sarah
langsung menyahut " Hal itu hanya aku simpan untuk diriku sendiri."
"Apa yang kau ingin lakukan
setelah lulus Ario? Bekerja, kuliah?" Sarah tiba - tiba mengajukan
pertanyaan aneh seperti itu kepadaku dan aku jujur tak mengerti maksudnya.
Langsung dengan segera aku hanya menjawab akan langsung bekerja karena orang
tuaku takkan cukup untuk membiayai kuliah.
"Selain menjadi pemuja
rahasia apakah ada rasa cinta kepadaku dalam hatimu?" Lagi - lagi Sarah
menyatakan pertanyaan yang aku tak mengerti maksudnya. Dengan segera aku
menjawab "ya"
Kemudian Sarah berdiri dari
kursinya dan mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku tersentak kaget dan memundurkan
badanku menyikapi perilakunya yang mendadak
berubah aneh.
"Setelah ini aku akan kuliah
di Australia selama 4 tahun lamanya. Jika kamu benar mencintaiku temui aku di
malam tahun baru di stasiun Demangan 4 tahun kedepan tepatnya tanggal 31
Desember 2013." Ungkapan Sarah sangat aneh dan penuh tanda tanya. Setelah
itu dia meminta nomer ponselku dan meninggalkanku begitu saja. Dia hanya
berpesan akan menghubungiku jika waktunya tiba.
4 tahun bukanlah waktu yang lama.
4 tahun berselang sangat cepat tanpa diduga. Udara dingin memasuki celah kecil jendela
kaca kereta api dan memasuki ruang dimana aku saat ini sedang terduduk pulas
sambil menikmati pemandangan luar yang terlihat berkelebatan karena saking
cepatnya laju kereta. Sudah hampir sekitar 1 jam lamanya aku menaiki kereta api
tetapi belum juga sampai ke statsiun Demangan.
Apa aku ini bodoh? Pertanyaan
semacam itu masih selalu membebaniku. Mempercayai kata - kata seorang wanita
yang ku puja yang hanya sekali saja bertemu tanpa kesan spesial? Meski cintaku
sangat dalam kepadanya namun bagaimana jika ini adalah sebuah kebohongan
belaka? Tak lain Sarah hanya mengerjaiku? Namun apapun nanti hasilnya, aku
tetap akan menerimanya. Samar - samar wajahku terbias di kaca jendela kereta
yang melaju cepat. Meski tidak begitu jelas, namun aku masih mendapati gambaran
wajahku seperti seorang pecundang, bahkan jika nanti akhirnya aku mendapati
semua ini hanyalah lelucon dan tak mendapati SARAH di stasiun seperti janjinya
4 tahun lalu, maka aku akan menyandang status sebagai seorang pecundang untuk
selamanya.
Tak berselang lama akhirnya aku
menjejakkan kakiku di stasiun Demangan. Stasiun ini memang salah satu yang
terbesar dan selalu menjadi transit semua kelas kereta dari ekonomi hingga
eksekutif. Aku tak menyangka hari ini stasiun begitu dipadati pengunjung. Saat
kereta sudah meninggalkanku, kini aku hanya berdiri saja tanpa tujuan berarti
seperti anak kucing yang ling - lung terpisah dari Ibunya.
Satu jam, dua jam bahkan tiga jam
lewat tanpa ada dengung nyaring dari ponselku. Hal yang selama ini aku lakukan
sembari tadi menunggu adalah selalu mengecek ponselku, mengetahui apakah ada
pesan dari Sarah yang aku sendiri tak mengetahui nomer ponselnya. Malam semakin
larut dan ketika aku melihat jam dinding stasiun menunjukkan pukul setengah dua
belas malam. Sebentar lagi pergantian tahun. Aku memutuskan jika tidak mendapat
pesan ataupun telepon dari Sarah setelah pukul dua belas malam, aku akan
meninggalkan stasiun ini dan menerima bahwa aku hanya punguk yang merindukan
bulan, terlalu berharap kepada hal yang tak mungkin digapai dan menerima untuk menyandang status sebagai pecundang
sejati.
Entah kenapa saat itu ponsel
milikku sangat bersahabat. Tak berselang lama dari rasa kekecewaan yang membelenggu,
sebuah dering nyaring ponsel mendadak membuyarkan lamunanku. Nomer pemanggil
tidak tertera, secara cepat aku mengangkatnya dan sebelum mengucapkan kata halo
kepada sang penelpon, sebuah suara sudah mendahului dan berkata " Ke
lantai dua Ario. Cafe Brighstar, aku memakai sweater merah muda."
Ya, suara itu bukanlah suara yang
asing. Memang nada suaranya agak berubah tinggi. Mungkin dikarenakan umur,
namun sejenak rasanya senang sekali mengetahui bahwa suara itu adalah suara
Sarah.
Saat mendaki tangga menuju lantai
dua, aku sedikit kesulitan mencari Cafe Brighstar karena banyaknya stand yang
berdiri dan karena memang di lantai dua ini memang dikhususkan untuk area
istirahat dan perbekalan pengunjung. Tapi tak butuh waktu lama, dari kejauhan
aku melihat Sarah yang sedang menikmati segelas kopinya. Cafe Brighstar
mempunyai aula yang terbuka tanpa atap, jadi pengunjung bisa menikmati kopi
sambil menikmati langit indah yang bertabur bintang seperti nama Cafe ini.
Ketika melihat Sarah hari ini,
dia sedikit berbeda dengan 4 tahun yang lalu. Kurasa dia bertambah tinggi,
bahkan mungkin lebih tinggi dari aku saat dia berdiri menyalamiku. Badannya
agak sedikit berisi tidak kurus sepperti jaman SMA. Dan juga rambutnya berubah
gaya menjadi potongan sependek bahu, tidak pirang seperti dulu. Meski begitu,
wajah dewasanya saat ini lebih sempurna dibanding 4 tahun yang lalu. Dia
menawariku segelas minuman kopi panas, dan Sarah menanyaiku mengenai karir. Aku
menceritakan bahwa awalnya hanya berkerja serabutan hingga ada peluang memasuki
universitas terbuka dan akhirnya aku diterima dan bisa menyelesaikan studi
hingga sarjana. Dan saat ini menjadi salah satu pegawai di Bank Swasta. Sarah
tersenyum mendengar ceritaku. Senyumannya membuat kopi yang seharusnya pahit
menjadi manis saat itu juga dalam mulutku saat menyeruputnya sedikit. Saat aku balik
bertanya sesukses apa karirnya? Karena aku yakin sarjana dari luar negeri pasti
akan dapat dengan mudah mendapat kerjaan yang mentereng
di negeri ini, namun dia diam sejenak. Dia malah mengalihkan topik dengan
mengajukan sebuah pertanyaan." Apa kamu masih mencintaiku seperti hal-nya
4 tahun yang lalu Ario?"
"Apa pemenuhan janjiku malam
ini yang kujaga selama 4 tahun tidak membuktikannya bahwa aku serius mengenai
hal itu Sarah sehingga kamu mempertanyakannya lagi? Tidak masalah sebenarnya jika kamu tidak
menyukaiku, aku bisa paham, toh aku tidak sebanding denganmu. Aku senang
setidaknya aku bisa membuktikannya walaupun harus dibayar dengan selang waktu 4
tahun meski akhirnya nanti kamu akan menolakku" jawabku. "Apapun
jawabanmu, mulai hari ini aku bukan pecundang lagi karena keteguhanku."
"Apa yang kusuka dariku
Ario?" Tanyanya dengan nada serius? Dan aku hanya menjawab alasanku mencintainya saat itu dikarenakan usiaku
masih remaja, dan kesalahanku sendiri karena mempunyai selera tinggi dalam
menyukai wanita saat di bangku SMA yang membuatku terlanjur membuatku cinta
mati kepada wanita yang paling beken saat itu juga yakni Sarah.
"Selera yang tinggi,"
Sarah mengulangi ucapanku sambil
tertawa. Kemudian dia mengeluarkan sebuah bungkus rokok dan mengambil sepuntung
dari dalam kotak lalu menempelkannya pada bibirnya yang merah merona. Dia agak
bingung mencari sesuatu di saku sweaternya dan aku duga pasti dia lupa menaruh
korek apinya. Saat dia menanyaiku apakah mempunyai sebuah korek api aku
menjawab tidak karena aku tidak merokok. Setelah itu dia menaruh puntung
rokoknya di meja dan menghela nafas. "Selera yang tinggi,hehehe"
Sarah mengulangi kata - katanya dengan terkekeh. Aku melihat wajahnya mulai
sedih. "Kau tau Ario, seleraku juga tinggi saat SMA dulu, tidak berbeda
denganmu. Aku mengencani beberapa cowok beken di kelas untuk mendapat
kepopuleran. Tapi sebenarnya aku tidak serius dengan mereka , aku hanya mempermainkan
perasaan mereka. Ketika aku memutuskan hubungan setiap cowok yang aku kencani
aku selalu menangis, menyadari bahwa begitu jahatnya diriku memanfaatkan
mereka. Dan saat ini, saat semuanya
berubah, aku mendapatkan sebuah karma balasan dari perbuatanku dahulu."
Mendengar perkataan Sarah barusan,
aku baru tahu bagaimana sifat playgirl yang dimiliki Sarah. Tak ayal bahwa dia
selalu berganti - ganti pacar saat SMA. Namun kata karma aku tidak begitu paham
maksudnya. Saat aku menyinggung mengenai kata itu, Sarah bercerita bahwa
hidupnya tidak beraturan sekarang. Saat memasuki semester 2 saat dia berkuliah di Australa. Dia mendapat
kabar bahwa ayahnya dijebloskan ke penjara karena terbukti melakukan korupsi.
Banyak aset ayahnya yang disita membuat Sarah anak semata wayangnya tak dapat
melanjutkan pendidikan kuliahnya dengan berat hati. Yang lebih menusuk hatinya
bahwa Ibunya dengan tega meninggalkan ayahnya di saat terpuruk. Mungkin sifat
palygirl yang dimiliki Sarah saat ini bisa jadi menurun dari sifat gen Ibunya.
Disaat perpisahan dengan Ibunya, dia mendapati kata - kata menyakitkan dari
Ibunya bahwa dia tidak mau membawa serta dirinya dan memberikan argumen bahwa
belum tentu Sarah adalah anak resmi dari ayahnya saat ini toh sebelum menikah
dengan ayahnya dia sudah berhubungan dengan banyak petinggi politisi lain,
karena ayahnya yang sukses menjadi pejabat, maka dia memilih Ayah sarah untuk
dijadikan suami.
Tak berselang lama, Ayahnya
meninggal di penjara karena depresi. Sarah hanya hidup dengan sebuah peninggalan
rumah mewah yang menurut pengadilan adalah sebuah harta yang sah dari jerih
payah Ayahnya yang tidak ada kaitannya dengan korupsi. Karena tak mempunyai
pekerjaan, Sarah menjual rumah itu dan karena sifat glamour masih melekat di
dirinya, dia hidup dengan menyewa sebuah apartemen dengan uang hasil menjual
rumah peninggalan Ayahnya. Dia sering mabuk - mabukan saat berada di apartemen
karena stress. Sejumlah hartanya pernah diperas ditipu oleh agensi investasi
yang entah sekarang menghilang kemana. Karena tekanan batin yang tinggi dia
mengarah ke obat - obatan hingga overdosis dan direhabilitasi hingga kerabatnya
yakni bibinya mengambil alih dirinya keluar dari rehabilitasi dan menjadikanya
sebagai anak tiri. Beberapa tahun tinggal dengan bibi-nya Sarah sudah kembali
normal. Tak lama dia bertemu dengan sahabat lamanya yang saat itu menawarinya
sebuah bisnis. Karena Sarah masih mempunyai tabungan hasil penjualan rumah
mewahnya maka dia bermitra dengan sahabatnya itu untuk membuat sebuah kedai
roti kecil - kecilan dan keuntungannya di bagi menjadi dua. Sarah sebagai salah
satu pemilik, juga bekerja melayani pembeli di Kedai roti miliknya. Dan dia
menceritakan bahwa paras cantik yang
dimilikinya terlalu cantik untuk dimiliki oleh seorang yang terkesan sebagai
penjual roti yang akhirnya banyak pembeli yang naksir kepada dirinya. Namun tak
pernah disangka bahwa hampir semua pembeli yang sudah mapan yang pernah
mengajakknya kencan semuanya adalah seorang bajingan. Mereka hanya menginginkan
dan mengeksploitasi kecantikannya dan hanya memanfaatkan dirinya. Begitulah
kisahnya. 4 tahun tak terasa sangatlah cepat untuk mengubah kehidupan
seseorang. Itulah kesimpulanku saat mendengarkan kisahnya. Sarah merasa dia
mendapat karma karena dulu sering mempermainkan perasaan laki - laki saat di
bangku sekolah.
"Ya beginilah aku sekarang
Ario," katanya pelan sambil mengusap air matanya. "Aku hanya seorang
pebisnis kecil dan juga merangkap sebagai pegawai dan juga seseorang yang
sering dicampakkan. "Jika seleramu masih tinggi, maka saat ini aku bukan
masuk salah satu kategorimu."
Wajah Sarah terlihat sendu.
Matanya masih agak sedikit merah akibat kesedihan yang masih menguasai dirinya.
Dia dengan pelan menenggak beberapa teguk sisa kopi dalam gelasnya. Wanita
didepanku ini adalah idolaku dan aku rela menjadi pemuja rahasia selama 3 tahun
saat berada di bangku sekolah. Namun sekarang, dia mengalami masa - masa sulit.
Sarah hidup dengan kisah yang tidak terduga dan begitu banyak masalah yang
menimpanya. Mendadak sebuah cahaya bertebaran di angkasa. Wajah Sarah yang saat
itu sendu mendadak dihiasi dengan pantulan cahaya yang meledak - ledak di
langit. Yah, kembang api tahun baru meledak indah di angkasa yang dinyalakan
dari pusat kota. Saat itu juga aku memegang jemari Sarah dengan kedua tanganku
dan berkata " Tahukah kamu mengapa ledakan kembang api begitu indah di
malam menjelang tahun baru?" Sarah hanya merespon dengan menggelengkan
kepala. " Karena mereka begitu bersemangat untuk menyambut tahun baru
dengan kemilau cahayanya. Segelap apapun langit, kembang api akan selalu
berusaha untuk menyinarinya dan menyongsong tahun baru dengan penuh semangat.
Segelap apapun kisahmu, apakah kau mau membuka lembaran baru dengan menjadi
kekasihku Sarah?" Hatiku berdegup mendengar jawabannya, namun aku
menemukan jawabannya dengan hanya melihat paras wajahnya yang memberikan senyum
yang menawan. Awalnya aku mengira bahwa aku adalah seorang pecundang yang tak berani
menyatakan perasaan. Namun aku baru menyadari, bahwa seorang pecundang hanyalah
seseorang yang tak bisa menerima kekurangan dari orang lain. Dan mulai saat
ini, aku akan hidup berdampingan dengan apapun itu segala kekurangan yang
dimiliki sarah sebagai pria sejati.
9 comments:
BW here.Kretif betul ya :) GOOD LUCK n HPPY NEW YEAR
Hebat nih Ario, konsisten dengan cintanya ke Sarah. Manusia langka :)
Woowooowo Tulisan yang sangat menginspirasi dan sangat SUPER..., Hmm sangwaktu.com selalu setia membaca cerpen dari 0 sampai cerpen yang ke 8. Keren abies pokoke...
Hmm... padahal sangwaktu.com selalu uptodate, tpi om widodo g pernah berkunjung.
Januari ooOoOoOhhhHhh Januari. ^__^
Kyla Pearlisha @ terima kasih :) Happy New Years juga buat Kyla dan sukses selalu :D
Lina @ karena sifat kelangkaannya itu makanya harus dilestarikan dengan bentuk cerita walau fiktif, hehe :) Makasih ya mbak dah mau komentar :)
Jefonses S.KOM M.KOM @ Super sekali komentar anda. Widodo selalu memantau artikel terbaru di sangwaktu :)
Januari...oh..januari, perut bakal kenyang di January :D
Hahahhaha....., Ada apa dengan januari ya....? Hmmm kayaknya ada yang sangat special... wkwkwkw.
Ceritanya keren banget. Bikin lagi cerpen yang banyak dong, pingin baca lagi soalnya hehe :D
Sangwaktu @ ada angka 26 yakni tanggal keramat di setiap bulan januari hahaha :D
Elfrida Chania @ Makasih atas pujiannya Chania. Iya, pasti aku akan selalu buat kalau emang pas ada inspirasi pasti langsung mulai ketik tuts keyboard he :)
ampir nangis baca endingnya,
makin oke aja ceritanya bang :D
Ima Rahmawati @ wuzzz ketahuan nih gampang nangis hehehe :) Btw makasih dah sempetin baca Ima :)
Post a Comment