Sebenarnya setiap
individu mempunyai masalah tersendiri dalam hidupnya. Namun bagaimana tiap
individu menyelesaikan masalah itu adalah tergantung pilihan mereka
masing-masing. Perselisihan seringkali timbul dalam proses penyelesaian
masalah. Lari dari masalah juga
merupakan sebuah pilihan jalan keluar .Namun masalah sebenarnya bukanlah
sesuatu yang harus dihindari. Jika menghadapinya dengan bijak, setiap pelajaran
dan hikmah pasti akan didapatkan di penghujung jalan.
Our Little Sister, film ini bertema
kekeluargaan. Salah satu film drama keluarga terbaik menurutku yang selama ini
pernah aku lihat setelah Little Miss Sunshine . Jika benar-benar serius dan menghayati film ini dari awal hingga akhir, aku
yakin akan banyak pesan moral yang didapatkan.
Intinya dalam hidup
ini kalian pasti pernah kan dilanda perasaan benci. Dan mungkin kalian juga
pernah membenci seseorang. Entah karena
orang itu telah melakukan hal yang buruk seperti melukai hati maupun berbuat salah terhadap
kalian. Jika dikuasai perasaan benci, dimanapun kalian bertemu orang yang
kalian benci tersebut pasti kalian akan memalingkan muka, acuh tak acuh. Bahkan
jika orang tersebut mempunyai anak, kalian akan menatap anak itu dengan tatapan
tajam dan dingin seolah anak itu juga melakukan dosa yang pernah orang tuanya
lakukan terhadap kalian. Lalu jika sudah begitu, kedua belah pihak sama-sama
sudah melakukan hal yang keliru. Kerukunan, tak akan pernah tercapai jika
situasi berjalan seperti itu.
Our Little Sister,
mengambil konflik internal dikarenakan tindakan tercela di masa lalu yang hanya
menyisakan rasa kebencian yang terus tumbuh dimasa sekarang hingga meretakkan
hubungan kekeluargaan. Namun, yang luar biasa adalah tindakan-tindakan bijak
yang diambil untuk memperbaikinya. Dan belajar dari kesalahan-kesalahan agar
tidak terulang dikemudian hari.
Keluarga Kouda
mempunyai tiga orang anak perempuan, yakni Sacchi 29th, Yoshino 22th, dan
terakhir Chika 19th. Mereka bertiga sudah tumbuh dan berkembang sejak kecil tanpa orang tua. Bukan karena
kedua orang tua mereka meninggal sejak kecil, melainkan ayah mereka yang
selingkuh dengan wanita lain hingga menyebabkan ibu mereka sakit hati yang
berujung dengan tindakan mengejutkan sang ibu yang tega minggat dari rumah
serta memilih hidup menyendiri— secara enteng melepas tanggung jawab merawat
ketiga anaknya.
Sacchi (29) bekerja sebagai
seorang perawat di rumah sakit. Dia adalah anak dari keluarga Kouda yang paling
tua. Dia sudah seperti sosok ibu meski belum menikah. Hal itu terlihat jelas
dari bagaimana tanggung jawabnya merawat rumah yang ditinggalkan kedua orang
tuanya. Ketiadaan orang tua, otomatis membuatnya menjadi kepala rumah tangga.
Dia juga pastinya yang merawat adik-adiknya sejak kecil semenjak ditinggal sang
ayah pada umur 14 tahun. Sosoknya tegas, namun dibalik ketegasannya dia
mempunyai jiwa penyayang.
Yoshino (22), anak kedua dari
keluarga Kouda. Bekerja sebagai teller
di sebuah bank. Yoshino adalah yang paling cantik, memiliki tubuh paling tinggi
diantara ketiganya, paling proporsional. Namun dibalik kesempurnaannya, dia
sering dikecewakan oleh banyak lelaki perihal asmara. Kebiasaannya yang sering
berkorban apapun demi lelaki yang dicintainya, sering mendapat kritik oleh
kakakknya Sacchi. Kakakknya sering mengatakan jika dirinya hanya dimanfaatkan
saja oleh para lelaki tetapi Yoshino tipikal yang keras kepala dan judes. Meski
begitu, terlepas dari dirinya yang sering dimanfaatkan oleh para lelaki, sifat
dasarnya memang suka membantu, bahkan membantu siapapun dengan ikhlas tanpa
mengharapkan balasan.
Chika (19), adalah anak yang paling muda
dalam keluarga Kouda. Dia bekerja sebagai karyawan di toko sepatu olahraga
milik bosnya yang sekaligus merangkap sebagai kasir. Karena berkedudukan
sebagai adik yang paling kecil, dia sering diperintah-perintah oleh kakaknya
Yoshino. Namun walau begitu, Chika anaknya sangat ceria dan periang. Dia jarang
sekali emosi. Sifatnya sangat easy going.
Dengan siapapun dia mudah beradaptasi dan enak untuk dijadikan teman mengobrol.
Suatu hari, ketiga
saudari itu mendapatkan kabar ayahnya meninggal dunia karena sakit setelah 15 tahun
meninggalkan mereka tanpa
kabar sekalipun. Dari pihak keluarga ayahnya mengharapkan kehadiran
ketiga sang anak dalam proses pemakaman. Dari ketiga saudari itu, mungkin hanya
Sacchi yang paling lama mengenal almarhum ayahnya. Sedangkan Yoshino masih kecil dan Chika
bahkan masih bayi saat ayahnya pergi meninggalkan mereka.
Namun, Sacchi enggan
untuk pergi menghadiri pemakaman sang ayah. Dia beralasan ada jadwal padat di rumah sakit yang bertabrakan
dengan acara pemakaman sang ayah. Jadi Sacchi memutuskan agar kedua adiknya
saja yang menghadiri acara pemakaman. Alasan jadwal yang padat sebenarnya hanya
dibuat-buat saja. Sacchi sebenarnya membenci sosok ayahnya. Dia pasti akan tertekan jika menghadiri
pemakaman sosok ayah yang tak pernah terdengar kabarnya selama 15 tahun.
Apalagi bertemu dengan istri kedua ayahnya yang mana bagi Sacchi adalah biang
kerok yang menyebabkan rumah tangga Kouda hancur.
Namun kenyataannya, Sacchi mengagetkan
Yoshino dan Chika dengan kemunculannya secara tiba-tiba di tengah prosesi
upacara pemakaman sang ayah. Ternyata, keluarga yang saat ini tengah berduka
adalah dari pihak istri ke-3 ayahnya. Darisitu diketahui bahwa istri ke-2
ayahnya telah meninggal sejak lama. Sacchi awalnya enggan hadir salah satunya
dikarenakan dirinya tidak sudi bertemu dengan istri ke-2 ayahnya, namun dia tak
menduga bahwa ayahnya sudah menikah lagi dan istri ke-duanya sudah lama
meninggal.
Ketika bertemu dengan istri ke-3 ayahnya,
Sacchi menilai bahwa istri ke-3 ayahnya bukanlah gambaran sosok istri yang
ideal. Hal itu terlihat dari mimik kesedihannya yang seolah dibuat-buat, ketika
disuruh menerima tamu pun istri ke-3 ayahnya seperti keberatan melakukan tugas
sepele itu, terkesan seperti ingin acara pemakaman ini segera berakhir,
menganggap bahwa sosok suaminya yang telah meninggal bukanlah sebuah kehilangan
yang besar. Dari situ Sacchi yakin, istri ke-3 ayahnya ini bukanlah sosok yang
merawat ayahnya maupun yang menemani ayahnya di saat-saat terakhir menjelang
ajal di rumah sakit.
Dari acara pemakaman itu juga, Sacchi
bertemu dengan Suzu Asano. Seorang gadis yang masih berumur 14 tahun anak dari
istri ke-dua ayahnya yang telah tiada. Dari semua tamu yang hadir, Sacchi
merasa Asano lah yang terlihat sangat bersedih atas kematian ayahnya. Asano
nampak begitu kehilangan sosok ayah. Dari situ Sacchi mendekatkan diri kepada
Asano dan bertanya apakah Asanolah yang merawat ayahnya selama ini, dan Asano
menganggukkan kepala. Dan dugaan Sacchi benar, istri ke-3 ayahnya tidak peduli
kepada ayahnya dan malah adik tirinya inilah yang merawat ayahnya selama ini.
Tidak jelas apakah dari Almarhummah ibu
Asano selaku istri ke-dua ayah Sacchi yang sudah meninggal tidak mempunyai
saudara atau bagaimana, dengan kematian ayahnya, maka Asano resmi statusnya
disini menjadi seorang anak yang sebatang kara. Entah dikarenakan Sacchi merasa
berterima kasih kepada Asano yang telah merawat ayahnya selama ini atau lebih
karena merasa kasihan, tanpa menimbang-nimbang terlebih dahulu dia langsung
menawarkan Asano agar tinggal serumah dengan dirinya beserta kedua kakak
tirinya Yoshino dan Chika. Saat itulah, dengan senang hati Asano menerima
tawaran Sacchi.
Akhirnya, Asano tinggal serumah dengan
ketiga saudari tirinya yang lebih tua. Karena Sacchi, Yoshino dan Chika semua
sudah bekerja, mereka patungan untuk merawat Asano dan menyekolahkannya di
salah satu SMP. Asano mahir bermain bola meski dia seorang wanita, oleh sebab
itu dia bergabung dengan klub lokal Octopus.
Chika dan bosnya sering bersama melihat pertandingan Asano dikarenakan Asano
sering mengunjungi toko sepatu olahraga dimana tempat Chika bekerja ketika
ingin mencari sepatu bola. Asano juga dekat dengan seorang teman pria yang
memahaminya, jadi Yoshino selaku kakak tiri yang sudah lebih berpengalaman
dalam hal asmara selalu saja menyentil Asano perihal sosok lelaki yang sedang
dia sukai.
Dari keempat saudari itu, mungkin Sacchi
yang merasa paling banyak mendapatkan tekanan. Ketika Bibinya berkunjung, sang
bibi mempertanyakan keputusan Sacchi yang merawat Asano. Sang Bibi menyesalkan
bahwa di usia Sacchi yang menginjak 29 tahun, dimana dia seharusnya menabung
untuk masa depan dan memikirkan soal menikah, malah memutuskan menghabiskan
waktunya merawat Asano dan menyisihkan tabungan pribadi untuk membiayai
kebutuhan Asano termasuk sekolah.
Melihat itu sang bibi kecewa. Sacchi sudah
melewatkan banyak waktunya sebagai wanita lajang demi merawat kedua adiknya dan
disaat seharusnya dia harus menikah, dia malah melakukan hal bodoh merawat
Asano. Sang bibi merasa kehadiran Asano hanya akan menghambat Sacchi menjadi
seorang ibu. Terlebih Asano adalah anak dari seseorang yang telah menghancurkan
keluarga Sacchi. Tak lupa sang bibi mengutarakan bagaimana nanti jika Ibu
Sacchi berkunjung ke rumah suatu hari dan mendapati ada anak dari seorang
wanita yang telah merengut suaminya?
Jawaban Sacchi dalam film ini sangat
bijaksana. Sacchi hanya mengutarakan bahwa ketika kejadian keluarganya hancur
oleh kemunculan Ibu Asano, saat itu Asano belumlah ada. Dan Asano sama sekali
tidak ada sangkut pautnya dengan kehancuran keluarganya. Bagi Sacchi, menerima,
mengampuni, memaafkan serta megikhlaskan lebih penting daripada harus menjauhi
dan membenci. Sacchi yakin menghadirkan Asano dalam keluarganya akan
mendatangkan kebaikan dan sebuah tindakan berani untuk memperbaiki
segalanya.
Sacchi sendiri mempunyai hubungan yang dekat
dengan seorang dokter di rumah sakit tempatnya bekerja. Dokter itu sebenarnya
mempunyai istri, namun sang istri sakit terserang lumpuh dan menjalani
perawatan khusus. Si dokter sudah berpisah lama dengan sang istri karena tempat
dinas kerjanya berjauhan dan sang istri pun tak bisa berkomunikasi sama sekali.
Ditinjau dari ketidakberdayaan sang istri,
sebenarnya sah-sah saja bila sang dokter suatu saat menceraikannya didasarkan
oleh kondisi sang istri sudah tak bisa 100% lagi menjalankan tugasnya sebagai
seorang pendamping. Pada posisi dan situasi yang dialami sang dokter, Sacchi
telah melangkah jauh dengan mengambil tindakan menjalin hubungan lebih dekat
dengan si dokter. Sacchi terkadang mampir di apartemen si dokter untuk membuatkannya
makan. Sacchi terlihat sebagai sosok yang ideal bagi pendamping seorang dokter.
Calon potensial pengganti istri dokter yang lumpuh di masa depan. Jelas saja,
kedekatan dokter dan Sacchi menimbulkan perasaan saling suka.
Suatu hari, saat Sacchi mampir di apartemen,
si dokter menjelaskan kepada Sacchi bahwa dirinya akan ke Amerika. Si dokter
ingin mempelajari lebih lanjut soal penyakit syaraf disana. Si dokter berniat
mempelajari pengobatan penyakit syaraf dikarenakan istrinya lumpuh oleh
penyakit itu. Jadi si dokter bertekad agar bisa menyembuhkan jika ada seseorang
yang mengalami penyakit serupa dengan yang dialami istrinya kedepannya sehingga
tidak ada lagi namanya kebahagiaan yang terengut akibat lumpuh. Yang
mengejutkan, si dokter ingin turut serta mengajak Sacchi bersamanya. Jika
Sacchi bersedia, si dokter akan menceraikan istrinya dan tentu, akan membahas
soal pernikahan dengan Sacchi.
Meski sudah hidup serumah dengan keluarga
Kouda, Asano tetaplah menyimpan rasa bersalah yang besar terhadap ketiga kakak
tirinya yakni Sacchi, Yoshino dan Chika. Asano suatu hari pernah secara
terang-terangan meminta maaf kepada Sacchi, mengutarakan bahwa karena tindakan
ibunya yang mencintai ayah Sacchi dahulu kala, mencintai suami orang lain, membuat keluarga Kouda harus hancur
berantakan. Permintaan maaf Asano itu membuka mata Sacchi, menyadarkan posisi
kehidupannya saat ini dimana dirinya hadir sebagai wanita kedua dalam kehidupan
sang dokter. Jelas disini kehadiran Asano sangat mempengaruhi keputusan Sacchi
dalam hal asmaranya. Apakah Sacchi harus menerima apa yang dokter pujaannya
tawarkan, atau merelakan dengan dasar kebijaksanaan.
Suzu Asano. Gadis yang sangat mencintai
ayahnya. Gadis 14 tahun yang merasa dirinya tidak pernah diterima dimanapun.
Saat ikut bersama ibu tirinya istri ke-3 ayahnya pun dia serasa tidak diterima.
Beruntung Sacchi mau merawatnya. Meski begitu, dia hidup dibawah tekanan dosa
yang pernah ibunya perbuat terhadap keluarga Kouda dalam ruang lingkup
kehidupannya bersama ketiga kakak tirinya. Asano membenci ibunya karena telah
melakukan tindakan bodoh, melahirkannya atas dasar penderitaan keluarga orang
lain.
Pada umur 14 tahun, Sacchi hanyalah gadis kecil ingusan yang belum sadar ingin ditinggal oleh ayahnya karena wanita lain, dan segera akan mulai menjalani kehidupan beratnya merawat kedua adiknya. Dari proses itu Sacchi tumbuh berkembang tanpa sosok ayah maupun ibu yang membimbingnya menjadi seorang pribadi yang dewasa. Jelas disini Sacchi berjuang seorang diri menggapai tingkat kedewasaanya tanpa bimbingan orang tua. Berkebalikan dengan Sacchi, Asano yang baru menginjak umur 14 tahun sudah memiliki tingkat kedewasaan yang matang melebihi kedua kakak tirinya baik Yoshino dan Chika sekalipun. Hal itu membuat Sacchi berpikir apakah benar ayahnya adalah seorang bajingan yang hanya gemar bergonta-ganti istri? Sosok ayah yang Sacchi benci, mampu mendidik dan memberikan adik tiri luar biasa seperti Asano yang selalu berbakti dan mempunyai pribadi kedewasaan yang selevel dengan dirinya pada umurnya yang masih belia.
Pada umur 14 tahun, Sacchi hanyalah gadis kecil ingusan yang belum sadar ingin ditinggal oleh ayahnya karena wanita lain, dan segera akan mulai menjalani kehidupan beratnya merawat kedua adiknya. Dari proses itu Sacchi tumbuh berkembang tanpa sosok ayah maupun ibu yang membimbingnya menjadi seorang pribadi yang dewasa. Jelas disini Sacchi berjuang seorang diri menggapai tingkat kedewasaanya tanpa bimbingan orang tua. Berkebalikan dengan Sacchi, Asano yang baru menginjak umur 14 tahun sudah memiliki tingkat kedewasaan yang matang melebihi kedua kakak tirinya baik Yoshino dan Chika sekalipun. Hal itu membuat Sacchi berpikir apakah benar ayahnya adalah seorang bajingan yang hanya gemar bergonta-ganti istri? Sosok ayah yang Sacchi benci, mampu mendidik dan memberikan adik tiri luar biasa seperti Asano yang selalu berbakti dan mempunyai pribadi kedewasaan yang selevel dengan dirinya pada umurnya yang masih belia.
Poin bagus yang ada pada Our Little Sister
adalah semua berjalan tanpa adanya dramatisasi yang alay, lebay maupun
berlebihan. Aku bisa menjamin semuanya sangat natural, kalian semua tak akan
bisa membedakan antara berakting dengan kehidupan nyata. Semua serba berjalan
layaknya kehidupan sehari-hari. Itu karena memang kepiawaian sang sutradara
dalam meracik adegan dan para aktrisnya yang memerankan para tokoh dengan totalitas.
Siapa saja yang melihat Our Little Sister tanpa sadar sudah ditarik masuk
menjadi salah satu bagian dari mereka.
Sama seperti dulu ketika aku selesai melihat film genre drama
keluarga Little Miss Sunshine. Setelah melihat Little Miss Sunshine aku menjadi
tersentuh dengan film itu, dan mencoba browsing, darisitu mendapati bahwa Little Miss Sunshine
memenangkan 2 buah piala oscar. Sedangkan, rasa menyentuh yang sama seperti aku
menonton film Little Miss Sunshine juga aku rasakan di Our Little Sister. Jadi
aku penasaran apakah film sekelas Our Little Sister juga meraih penghargaan? Setelah
browsing, akhirnya aku mendapati Our Little Sister mendapat penghargaan film
terbaik di Jepang tahun 2016 lalu. Selain film terbaik masih banyak kategori
lainnya seperti sutradara terbaik, cinematography terbaik, pencahayaan terbaik
dan aktris pendatang baru terbaik (Suzu Hirose) yang memerankan tokoh Asano
serta beragam nominasi bergengsi lainnya.
Jika ingin melihat film bertema kekeluargaan
dengan konflik ringan dan berbobot, pesan moral disetiap percakapan dan
pelajaran berharga disana-sini selama film berlangsung, mungkin Our Little
Sister bisa dijadikan bahan rujukan. Sekian.
4 comments:
Dah tengok cerita ni :D walaupun slow, tapi menarik :D
cerita pasal family <3 I like it
Misaki @ I Like Too Hikari :P
Aku belum pernah nonton keduanya nih. hehehe. bisa disave buat persiapan hahahai
Evi @ waaah persiapan nonton ma mas suami nih hihi :)
Post a Comment