Permasalahan
menyangkut kabel biasanya sering terjadi. Bisa itu kabel charger ponsel, kabel earphone,
kabel setrika, dan berbagai macam kabel perangkat elektronik lainnya. Biasanya
yang membuat kita kesal adalah jika saja kita terlalu malas membenahi berbagai
macam perangkat elektronik yang terlalu lama dibiarkan membaur menjadi satu―dapat
dipastikan kabel-kabelnya akan saling melilit dan membuang waktu kita
dikemudian hari saat ingin merapikannya.
Aku
mempunyai pengalaman yang kadang masih sering terjadi ketika berbagai perangkat
elektronik membaur menjadi satu di atas meja seperti gamepad playstation, hardisk eksternal, charger laptop, mouse, speaker mini usb, headset dan cooling pad notebook―sedikit
saja malas membenahi mereka maka dalam rentang beberapa hari pun aku akan
disuguhi pemandangan tidak menyenangkan seperti kabel-kabel perangkat yang
saling melilit di atas meja seolah mejaku sudah menjadi sarang ular saja.
Apalagi jika terburu-buru membutuhkan salah satu perangkat di atas dan mengetahui
kondisinya saling melilit di atas meja, pastilah akan memakan waktu dalam
menguraikan dulu kabel-kabelnya.
Saat
ini, untuk menghindari persoalan kabel yang sepele dan sederhana diatas, yang
mana jika tak disikapi dengan cermat dapat memunculkan rasa jengkel di hati—menilik
perangkat masa kini sudah banyak yang tidak lagi menerapkan kabel, beberapa
contohnya seperti speaker yang sudah menggunakan media bluetooth, begitu pula
dengan headset dan terutama yang akan
kita bahas kali ini yakni soal mouse.
Bermula
dari kejadian mouse bawaan laptopku
yang baru saja rusak. Sebenarnya aku menyayangkannya karena mouse bawaan laptop mempunyai kualitas
yang bagus dan selama ini sanggup bertahan aku pakai selama 4 tahun. Namun mau
bagaimana lagi, namanya juga perangkat elektronik, mau tak mau aku harus
merelakannya suatu saat ketika ajalnya tiba. Ketika berencana membeli mouse baru, mengingat kejadian yang
tidak menyenangkan soal kabel, maka aku memutuskan untuk membeli mouse wireless alias tanpa kabel.
Setelah
memiliki mouse wireless, jelas sudah
hal seperti masalah kabel yang melilit pun teratasi. Dan kita tak perlu
khawatir jika kabel mouse tertarik
tanpa sengaja―karena hal yang menyebabkan mouse
bawaan laptopku rusak salah satunya adalah tertarik berulang kali tanpa sengaja
yang berakibat lapisan-lapisan karet pelindung kabel pun terkelupas dan
serat-serat inti kabel di dalamnya sampai terlihat. Jadi kondisi mouse bawaan laptop lamaku yang sudah
tewas bisa dilihat di bawah, penuh dengan balutan plester.
Seperti
halnya perangkat elektronik lainnya yang tanpa menggunakan kabel, harga
tentunya akan lebih mahal. Saat mengunjungi salah satu toko komputer, mouse kabel paling murah berada pada
rentang harga 15 ribu rupiah. Sedangkan mouse
wireless yang saya beli, adalah yang paling murah juga dari seluruh merek dan
model yang ada, yakni 45 ribu rupiah.
Memang,
murah identik dengan hasil yang tak akan memuaskan seperti faktor kenyaman. Hal
itu juga aku rasakan setelah memakainya. Namun pertimbangan dalam pembelian mouse kali ini bukan karena faktor
nyaman maupun tidaknya melainkan karena aku membelinya hanya untuk dipasangkan
pada laptop dan digunakan sebatas menggerakkan cursor pada microsoft word dan browsing,
porsi pemakaian yang paling banyak aku gunakan sehari-hari di laptop. Selain
itu, fitur wireless alias tanpa kabel itu yang paling utama aku cari.
Jadi
tak ada masalah sebenarnya aku membeli mouse
wireless dengan harga yang paling murah karena dengan harga segitu, tujuan dan
niatku membeli perangkat mouse sudah
terpenuhi. Lain halnya jika membeli mouse dengan niat mencari sektor
kenyamanan. Maka mouse harga dibawah 100 ribu sepertinya diluar daftar.
Biasanya orang-orang seperti yang gemar bermain game, suka desain dan render,
faktor kenyamanan dan presisi cursor sebuah mouse adalah point utama dan pasti
rentang harga sebuah mouse diatas
100rb maupun menyentuh 1 juta tak akan menjadi kendala bagi mereka karena
tujuan mereka membeli mouse adalah mencari sektor kenyamanan dan mereka tak
akan segan membayar semahal itu. Mouse-ku
sendiri untuk dekstop gaming yang aku miliki di rumah juga seharga lebih dari 200
ribuan. Jadi memang lebih bijak jika membeli sesuatu berdasarkan prioritas
kebutuhan saja.
Mouse
wireless yang aku pinang kali ini adalah merek lokal Advance seri W10. Seperti
pada mouse-mouse murah pada umumnya, bahannya juga terbuat dari plastik biasa.
Feel menyentuhnya memang kalah jauh jika dibandingkan dengan mouse bawaan laptopku
terdahulu dengan material plastik kelas atas. Namun body milik W10 terasa agak
kesat jika disentuh. Mungkin untuk meminimalisir agar tak terasa licin jika
digenggam.
Selain
itu warnanya yang putih susu sangat menggemaskan apalagi dibalut dengan garis
pinggiran beserta tombol gulirnya yang sama-sama bercorak warna biru. Fitur
lain yang ditawarkan oleh mouse wireless murah seharga 45 ribu rupiah ini
berdasarkan yang aku baca pada label kemasan adalah jarak pengoperasiannya yang
bisa sejauh 10 meter. Bagi yang gemar presentasi pastilah sangat terbantu
dengan jangkauan pengoperasian luas yang ditawarkan oleh mouse wireless.
Adapun
fitur 800 1200 1600 switchable DPI
yang artinya DPI bisa diubah dari nilai 800 1200 1600. Sebenarnya apa fungsi
DPI? Singkatnya saja semakin besar nilai DPI pada sebuah mouse makan semakin cepat dan akurat dalam menggerakkan kursor ke
berbagai sudut. Biasanya hal ini sangat berpengaruh pada sektor kenyamanan. Di
atas sudah aku sampaikan bahwa mengenai faktor kenyamanan yang sangat kurang
ketika menggunakan mouse dengan harga murah, jadi menurutku switchable DPI disini sebatas
embel-embel pemanis saja dalam kemasan karena hampir tak mungkin mouse seharga 45 ribu rupiah mempunyai
fitur sebagus itu. Terakhir fitur ultra power-saving yang disini dimaksudkan
pemakaian mouse yang awet baterai, karena mouse
wireless tak akan bisa difungsikan tanpa sebuah baterai.
Menyangkut
soal baterai, terlebih bagi para pembaca yang belum pernah memakai mouse wireless, ―jika mouse kabel termurah yang ditawarkan
pada toko yang saya kunjungi adalah seharga 15rb dan dengan harga segitu
sesampainya di rumah sudah bisa tinggal langsung dipakai andai saja aku
membelinya, namun berbeda halnya dengan mouse
wireless yang membutuhkan sebuah baterai ukuran kecil yang juga biasanya
dipakai untuk remote televisi. Advance W10 ini dalam paket penjualannya tidak
disertakan sebuah baterai. Kita harus membelinya sendiri. Jadi memang 45 ribu
bukan harga total yang kita keluarkan untuk sebuah mouse wireless yang paling murah sekalipun. Masih ada biaya baterai
yang perlu ditambahkan dengan membelinya sendiri di warung-warung kelontong.
Dalam
paket penjualan pada Advance W10 ini yang saya peroleh adalah unit mousenya serta sebuah nano receiver yang berbentuk kotak kecil
hitam persegi. Cara pengoperasian mouse
wireless pun cukup mudah. Tinggal tancapkan nano receiver ke port usb laptop
atau komputer. Pastikan mouse sudah
terisi dengan baterai dan biasanya jika sudah diisi baterai maka pada bagian
bawah optik akan menyala. Setelah itu secara otomatis windows akan menginstall
dan mengenali perangkat alias plug and
play. Tunggu sebentar dan mouse
wireless sudah bisa dioperasikan.
Begitulah,
sedikit nukilan dari saya perihal mouse
wireless. Mouse wireless mempunyai keunggulan dalam segi kepraktisan dan
keringkasannya karena tidak mempunyai kabel. Dan juga mouse wireless terlihat sangat kekinian bagi kaum muda. Tetapi, mouse wireless mempunyai kelemahan pada
sektor harga. Menyangkut soal kenyamanan, harga mouse yang masih menggunakan
kabel kisaran 45 ribu akan sangat lebih nyaman dalam pemakaian daripada mouse wireless direntang harga yang
sama. Sekian.
No comments:
Post a Comment