Tuesday, October 20, 2015

Review Film Hanamizuki - May Your Love Bloom A Hundred Years

Percayakah kalian jika jodoh itu tak akan kemana? Apapun rintangannya, berapapun jauhnya jarak yang memisahkan, takdir pasti akan menyatukan mereka pada akhirnya dikarenakan cinta. Kalau kalian yang termasuk percaya dengan yang namanya jodoh, mungkin film ini cocok untuk dinikmati dan nggak wajib ditonton karena pasti bakal mudah ditebak endingnya. Bagi yang kurang percaya jodoh,atau mungkin posisi saat ini sedang mencintai seseorang namun orang tersebut sudah ada yang punya dan dengan gampangnya berkata : Dia bukan jodohku, tanpa mempertimbangkan kemungkinan suatu hari dia bakalan yang menjadi jodohmu bukan pacarnya saat ini. Yaaahh, jika kalian termasuk yang dalam posisi diatas, maka ya film ini malah wajib juga ditonton supaya mempertegas bahwa jodoh itu tidak akan pernah kemana, berapapun mantan yang dimilikinya kalau dia adalah  jodohmu buat masa depan ya itulah pasangan hidupmu, hehe.

Hanamizuki – May Your Love Bloom A Hundred Years adalah sebuah film drama percintaan antara dua orang yang dipisahkan oleh jarak, problema hidup dan masalah – masalah lainnya yang menyebabkan kandasnya hubungan mereka. Meskipun putus hubungan, tetapi mereka tetap menjaga benih cinta agar tetap mekar menjadi bunga sampai kapanpun dalam diri masing – masing.

Menceritakan Kohei, seorang siswa SMA yang ketika berada di dalam kereta menuju sekolah, dirinya tertarik dengan seorang siswi yang duduk tak jauh darinya bernama Sae. Kohei sengaja berpindah tempat duduk untuk lebih dekat kepada Sae yang saat itu sedang sibuk mempelajari buku materi karena dirinya sedang persiapan untuk mengikuti ujian masuk universitas. Sae malahan menjadi curiga dengan gerak – gerik Kohei di dalam kereta.

Musibah terjadi ketika kereta mendadak berhenti karena menabrak seekor Rusa. Dari situlah Sae frustasi karena dirinya bakalan terlambat mengikuti ujian masuk. Karena tertarik dengan Sae, maka Kohei pun mempunyai inisiatif  untuk membantu Sae agar tidak terlambat dengan cara menghampiri rumah pamannya yang tak jauh dari lokasi berhentinya kereta untuk meminta bantuannya mengantar Sae ke sekolah. Sungguh sayang, pamannya berada di ladang saat mereka sampai dirumahnya. Kohei menjadi putus asa namun Sae meminta Kohei untuk mengantarnya menggunakan mobil pick up pamannya ketika dirinya menemukan sebuah kunci mobil pick – up yang posisi masih tersambung dengan kontaknya. Dan karena Kohei belum pandai menyetir namun rela melakukannya demi Sae, maka yang terjadi adalah hampir tertabraknya pick up yang mereka naiki dengan kendaraan yang berlawanan arah ketika melaju kencang menyalip sebuah truck dan akhirnya terperosok masuk ke ladang. Akibat kejadian itu, mereka berdua malah ditahan di kepolisian setempat untuk dijemput orang tua masing – masing dan Sae pun batal mengikuti ujian.

Begitulah perkenalan awal Kohei dan Sae. Mereka berdua hidup di sebuah desa di pinggiran lepas pantai daerah Hokaido. Kohei yang hanya anak nelayan yang juga sering membantu ayahnya menangkap ikan dan bersekolah di SMA biasa. Sedangkan Sae adalah anak seorang suster yang bersekolah di pusat kota jauh dari desa dan bercita – cita ingin masuk di Universitas Tokyo. Perkenalan singkat itu membuat hubungan mereka terjalin. Setelah peristiwa di kantor polisi,  Kohei sengaja datang jauh – jauh ke pusat kota dimana Sae bersekolah karena ingin mengatakan rasa bersalah lalai dalam mengemudi dan mengungkapkan  kekhawatirannya  dengan menanyakan bagaimana mengenai ujiannya kepada Sae seorang gadis yang baru saja dikenalnya. Sae menangis seketika itu karena tiba – tiba seorang pemuda yang baru dikenalnya muncul didepannya memberikan rasa perhatian terhadap dirinya. Terlebih, pemuda itu rela menyetir meski belum mahir demi agar Sae tidak terlambat ujian kala itu. Perasaan mulai tumbuh diantara mereka, dan akhirnya ketika Kohei bekerja paruh waktu di pusat kota, mereka akhirnya berpacaran karena bisa bertemu tiap harinya dan pulang ke desa bersama pada malam harinya.

Suatu hari, saat Kohei berada di dermaga membantu ayahnya di tempat kerja, mendadak Sae datang dengan wajah riang gembira. Sae memberitahukan bahwa dirinya setelah berhasil berusaha sekian lama, akhirnya diterima di Universitas Tokyo. Kohei menanggapinya dengan senyum gembira meskipun dalam hatinya agak sedih dikarenakan dia bakalan harus berpisah karena Sae yang tentu saja akan kost di Tokyo sedangkan Kohei tidak melanjutkan kuliah dan ingin menjadi nelayan seperti ayahnya.

Dan akhirnya, hubungan mereka pun menjadi LDR ketika Sae sudah kuliah di Tokyo. Karena setting film ini pada saat Sae berkuliah adalah tahun 1995 - 1996, maka setiap bulannya mereka berdua selalu berkirim surat, toh belum ada juga Android pada jaman itu, he.  Hubungan LDR, pastinya tidak gampang. Gelombang rindu yang mereka berdua alami tidak biasa seperti orang yang berpacaran jarak dekat. Ketika Sae memasang telepon di kamar kostnya, Kohei pun menjadi penelepon pertama yang menghubungi Sae lewat telepon umum di dermaga.

Menjaga hati adalah hal yang paling susah ketika menjalani LDR. Suatu hari saat Sae berkeliling area kampus ketika ada acara penerimaan kegiatan eskul, ketika dirinya sedang bingung mengunjungi satu - persatu stand – stand kegiatan di kampusnya yang terutama bisa menghasilkan pendapatan tambahan, maka bertemulah dia dengan Junichi, seorang senior yang membuka kelas eskul dan kegiatan di bidang fotografi.

Ketika melewati stand milik Junichi, Sae sangat tertarik dengan gambar – bambar yang dihasilkan oleh sang kameramen. Dan tiba – tiba Junichi keluar dari dalam stand menjelaskan bahwa gambar – gambar yang dikagumi Sae adalah hasil karyanya. Junichi mengajak Sae untuk bergabung dengan kegiatan fotografinya. Karena menurut Junichi, jarang ada yang berlama – lama mau menikmati hasil karyanya kecuali seseorang yang mempunyai rasa sentuhan tinggi dalam mencerna sebuah foto. Awalnya Sae menolak, tetapi ketika Junichi menawarkan ada bayaran dalam kegiatannya akhirnya Sae menerimanya.

Akrab dengan seniornya yakni Junichi, akhirnya Sae memiliki banyak kegiatan yang dihabiskan dengan seniornya tersebut. Mulai dari mengajar di kelas pembelajaran yang dibentuk oleh seniornya tersebut, hal – hal yang berkaitan dengan fotografi dan lain sebagainya. Sehingga ketika Kohei menelepon malam hari pun, hanya pesan mesin otomatis yang menjawabnya. Dan yang lebih membikin Kohei kecewa, karena Sae membatalkan acara pulang ke kampung saat libur semester karena kepadatan jadwal. Di tengah kekecewaan yang melanda Kohei yang digambarkan saat dirinya lesu saat bekerja, diam – diam dari dalam ruangan kantor dermaga, Ritsuko seorang gadis muda yang bekerja sebagai akuntan di kantor dermaga diam – diam menaruh hati dan selalu mengawasi Kohei. Sayang, dirinya tak bisa berbuat banyak karena tahu bahwa Kohei sudah mempunyai pacar yang sedang kuliah di Tokyo.

Suatu hari, karena jarang berkomunikasi dengan Sae, Kohei memutuskan untuk sengaja datang ke Tokyo dengan maksud memberikan kejutan kepada Sae. Ketika datang di kampusnya, Kohei sedikit sakit hati ketika melihat Sae terlihat sangat akrab jalan berdua bersama seniornya Junichi. Malamnya ketika Sae mengajak dinner Kohei di restoran, mereka bertengkar, alhasil Kohei pergi meninggalkan Sae begitu saja dan malah membuat keributan dan bertengkar di jalanan kota Tokyo dengan orang mabuk. Karena babak belur, Sae mengajak Kohei di tempat kostnya. Akhirnya hati mereka kembali tenang setelah Sae mengobati luka Kohei dan membicarakan soal komitmen soal hubungan mereka bahwa setiap individu berjanji tak akan pernah ke lain hati. Dan juga Kohei menyatakan bahwa dia mau pindah ke Tokyo untuk sementara waktu mengikuti les Bahasa Inggris agar dia bisa berlayar mencari ikan ke luar negeri nantinya jika Sae bekerja di luar negeri karena Sae mengambil jurusan Sastra Inggris yang menjadi cita – cita dan impiannya.

Namun, komitmen serta rencana kadang tidak bisa berjalan mulus ketika situasi yang tidak mendukung. Pada malam hari disaat kondisi badai, Ayah Kohei meninggal saat berlayar menjaring ikan. Tidak hanya kesedihan yang melanda keluarga Kohei, namun juga tunggakan hutang yang besar diketahui Kohei ketika semasa hidup almarhum  ayahnya meminjam sejumlah uang yang sangat tinggi nilainya untuk membeli kapal demi untuk bisa menjaring ikan yang sampai kini belum terlunasi. Hal itu akhirnya membuat Kohei menjadi tulang punggung keluarga dan memutuskan hubungan dengan Sae karena Kohei berhenti menjadi nelayan dan pekerjaannya hanya berjualan karena kapalnya dia jual untuk melunasi hutang dan harus menghidupi adik serta ibunya. Kohei tidak mau kondisi buruk dirinya membebani Sae dalam mengejar mimpinya.

Beberapa tahun kemudian Sae akhirnya bekerja di New York menjadi staff di kantor redaksi yang menggeluti bidang fotografi yang tak lain didirikan oleh seniornya Junichi. Ketika ada undangan pernikahan sahabatnya, dia balik ke kampung halamannya. Karena sahabatnya itu menikah dengan teman Kohei semasa SMA, maka pada pesta pernikahan tersebut Sae bertemu dengan Kohei yang statusnya sekarang sudah menjadi suami dari Ritsuko, gadis yang menjadi pemuja rahasianya semasa bekerja di dermaga. Pertemuan sejak sekian lamanya berpisah, perubahan status mereka, sama sekali tak merubah keakrapan mereka seperti kekasih yang pernah lama dahulu kala terjalin. Mereka berdua sadar bahwa mereka dipisahkan bukan karena saling membenci namun karena situasi. Dan mereka paham bahwa mereka masih saling mencintai. Mereka paham bahwa cinta pertama dan sejati ada dalam diri mereka masing – masing. Lalu bagaimana sikap mereka menanggapi rasa cinta yang masih tertanam pada lubuk hati yang terdalam di saat posisi Kohei sudah mempunyai sebuah istri dan juga posisi Sae yang saat ini sedang mempertimbangkan lamaran menikah oleh Junichi selaku seniornya semasa kuliah dan yang selalu membimbingnya dan memberikan pekerjaan sehingga dia bisa mapan bekerja di New York?     

2 comments:

sri wijayanti said...

Aish, dengar kata LDR rasanya tuh...
#pengalamanpribadi

The Other Side said...

Srii @ hehehe, kangennya tiada tanding kalau LDR tuh :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...