Tuesday, September 1, 2015

Review Novel Dan Film Poltergeist : Ketika Arwah Jahat Bergentayangan

Membicarakan Poltergeist yang berarti arwah jahat memang bukanlah sesuatu yang baru. Poltergeist sendiri adalah sebuah film yang pernah popular pada tahun 1982. Karena selain salah satu film yang menakutkan kala itu, jalan ceritanya pun ditulis oleh sutradara kawakan yakni Steven Spielberg. Nah, pada tahun 2015 ini, ternyata film Poltergeist di-remake ulang dan sudah tayang di bioskop pada bulan Juni lalu di Indonesia. Dan ternyata lagi, film Poltergeist ini juga ada novelnya. Novel Poltergeist ditulis oleh James Khan dan termasuk jenis novel adaptasi karena ceritanya berdasarkan dari scenario filmnya. James Khan sendiri adalah salah satu penulis novel adaptasi, karena selain Poltergeist, dia juga menulis novel adaptasi dari film popular seperti Star Wars dan Indiana Jones. Novel Poltergeist sendiri diterbitkan pertama kali pada tahun 1982 sama pada tahun dimana filmnya pertama kali tayang. Sedangkan di Indonesia novel Poltergeist diterbitkan pertama kali tahun 2015 ini bersama dengan rilis film remake terbarunya.

Karena Novel Poltergeist terbit berdasarkan skenario pada filmnya versi 1982, maka secara umum cerita yang dijabarkan tidak jauh berbeda dengan filmnya. Namun memang terdapat sedikit perubahan alur, hanya sedikit, namun tetap menarik untuk disimak. Terlebih, bagi yang sudah menonton film Poltergeist versi tahun 1982, tidak akan lengkap rasanya bila tidak ditindak lanjuti dengan membaca novelnya. Meskipun ada sedikit perubahan alur, namun di dalam novel penjabaran latar belakang karakter akan lebih diperdalam sehingga kita akan lebih mengupas tuntas segalanya yang kita lewatkan pada film Poltergeist versi 1982. Dan pada novelnya juga ada penambahan beberapa karakter yang tidak ada pada versi filmnya.

Jadi jika kalian suka pada film Poltergeist versi 2015 dan ingin membeli novelnya pasti akan sedikit kecewa karena banyak sekali perbedaan yang timbul pada novelnya seperti latar belakang karakter, nama – nama tokoh serta ending yang tentu saja berbeda karena novelnya didasarkan pada adaptasi film versi 1982 bukan versi 2015. Namun tetap saja, meski berbeda, novelnya tetap enak dibaca. Gaya penulisan James Khan yang formal membuat novelnya terasa gurih dan ada kengerian sendiri yang disajikan. Dan jika kalian belum pernah sekalipun melihat film Poltergeist entah itu yang versi 1982 maupun versi 2015, saya sarankan untuk langsung saja melihat yang versi 2015. Bukannya saya merekomendasikan yang versi 2015 karena yang versi 1982 jelek, namun lebih ke effect computer yang saya temui saat melihat versi 1982 malah tidak membuat takut tetapi menjadi geli. Yah mungkin kalau yang melihat ayah maupun ibu saya atau anak generasi 80-an masih akan terlihat seram. Jika yang melihat adalah anak generasi 2000-an mungkin mereka akan tertawa. Namun, ending dari film Poltergeist versi 1982 bagi saya masih tetap lebih klimaks daripada ending versi 2015 meski secanggih apapun effect computer yang menyertainya. Yah, kesan horror lebih terasa pada ending versi 1982 yang terkesan classic tanpa effect computer seperti memunculkan mayat – mayat dan peti jenazah yang berhamburan keluar dari tanah adalah sensasi horror tersendiri. Nah, setelah sedikit saya jabarkan mengenai novel dan film versi lama serta barunya diatas serta perbedaannya, dibawah akan saya ulas sedikit mengenai filmnya versi 2015.

Film ini menceritakan kepindahan keluarga Bowen pada sebuah kompleks perumahan yang jauh dari kota dan sekarang menjadi tempat tinggal mereka. Sayangnya bukan hunian yang ideal bagi keluarga mereka namun tak lain adalah sebuah mimpi buruk. Beberapa kejadian aneh menimpa seisi rumah, salah satu contohnya seperti yang terjadi kepada anak bungsu mereka dari tiga bersaudara – Madison Bowen yang diperdaya untuk berkomunikasi oleh penghuni lain di rumah mereka yang berbeda dimensi. Puncak kemarahan para penghuni lain itu adalah ketika ketiga anak ditinggal oleh Eric Bowen dan Amy Bowen selaku ayah dan Ibu mereka pada acara jamuan kompleks untuk menyambut tetangga baru. Luput dari pengawasan orang tua, para penghuni lain yang berbeda dimensi itu menyerang mereka bertiga dengan terror yang mengerikan yang mengakibatkan anak bungsu mereka Madison Bowen ikut tertarik ke alam lain.

Untuk menyelamatkan anaknya, keluarga Bowen mengupayakan langkah untuk meminta bantuan Dokter Broke Powell yang membuka praktek penelitian mengenai fenomena gaib dengan ilmu pengetahuan modern. Dokter Broke Powell beserta kedua asissten mudanya membawa beberapa alat yang digunakan untuk mendeteksi fenomena gaib yang terjadi di rumah keluarga Bowen. Setelah upaya peneltian secara ilmiah terhadap terror yang menghantui keluarga Bowen, maka tim Dokter Broke Powell menyimpulkan bahwa kemampuan ilmiahnya tak mampu membantu banyak untuk menyelamatkan putri bungsu mereka yang terjebak di dimensi lain, karena apa yang mereka hadapi diluar batas kemampuan mereka selama ini dari sekian banyak menangani berbagai kasus. Bagi tim Dokter Broke Powell, apa yang dialami keluarga Bowen adalah satu –satunya kejadian berhantu yang luar biasa dalam hidupnya. Sehingga akhirnya Dokter Powell menghubungi kenalannya yakni seorang cenayang sejati - Carrigan Burke, dan berharap dengan kemampuan supranaturalnya mampu mengembalikan putri keluarga Bowen. Madison Bowen sendiri diculik ke dimensi lain karena dia adalah anak polos dan masih suci yang mampu menuntun para penghuni lain yang tak lain adalah para arwah yang gentayangan  ke cahaya kedamaian menuju alam baka. Para Arwah gentayangan ini sendiri adalah para mayat yang nisannya digusur untuk dijadikan kompleks perumahan. Celakanya, apabila Madison masuk ke dalam cahaya itu sebagai penuntun mereka, maka Madison pun akan ikut menghilang selamanya.       

10 comments:

Amri Evianti said...

Saya belum pernah nonton dan baca novelnya nih mas Arif hehehe, kalau di Indonesia dari Novel di angkat ke film jadi banyak kurangnya atau kadang terlalu banyak penambahannya hehehe

Rustadi said...

kayaknya ini sangat okey untuk dilihat
trims sobat

Zeipth said...

saya belum pernah nonton nih

yg 2015 masih tayang gk ya
bisa tuh nonton, tApi gk ada temen ini. bisa geri klau sendiri

The Other Side said...

Amri Evianti @ Buruan nonton ma suami Evi, buat akhir pekan yang menyenangkan :) Hihi, itu kan ciri khas Indonesia kadang film ma bukunya ada saja kasus yang pernah ditemui berbeda endingnya :D

Rustiadi @ Iya Bang, rekomended pokoknya nih film. Makasih udah berkunjung :)

Ara Anggara @ Sepertinya sudah tidak tayang lagi bang di bisokop, kan jatah tayang biasanya cuma satu bulan saja :) Ajak pacarnya dumz bang Ara :D

Zeipth said...

aduh, nggak punya pacar saya nih @arief

The Other Side said...

Ara Anggara @ hehe sabar bang, jodoh gak bakal kemana kuk :)

dedaunan hijau said...

Ada novelnya juga ya
kalo filmnya saja gak berani lihat
apalagi baca novelnya bisa kebawa mimpi hehe
horor gitu ceritanya

The Other Side said...

Dedaunan Hijau @ Kan ada suaminya mbak Sus, bisa liat bareng intensitas horornya jadi berkurang hehe :)
Iya ada novelnya, aku juga gak sengaja nemu pas jalan2 di toko buku mbak, tapi emang tinggal beberapa stoknya pas aku beli ekmarin :D

Irwin Andriyanto said...

saya tunggu tayang di tv aja dech hihihi

The Other Side said...

Irwin Andryanto @hihihi mungkin setahun lagi mas kalau di TV, biasanya keren2 trans tv.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...