Thursday, December 20, 2012

Cerpen Ke-3 ku, Two Wounded Bird

Sebuah kaca jendela yang berukuran minimalis dengan pahatan bingkai yang cantik. Dari balik kaca tersebut, wajah Rina muncul memandangi dunia luar yang seakan asing dan terpisah dari kehidupannya. Kali ini, didapatinya dunia luar yang berbeda, tidak seperti biasanya. Cuaca benar – benar cerah pagi ini. Cuaca cerah ditengah musim penghujan yang melanda, dan awan hitam mendung yang selalu mendominasi disetiap harinya, membuat pemnadangan dunia luar sangat berbeda untuk hari ini.

Didengarnya, berbagai kicauan burung yang saling bersahutan. Burung – burung itu seakan kompak melantunkan nyanyian menyambut cuaca cerah dipagi hari ini. Nyanyian para burung tersebut terdengar indah dan sangat antusias. Tak setiap hari Rina mendapati nyanyian merdu para burung seperti ini. Hanya kalau ada keajaiban cuaca yang cerah seperti ini saja di tengah musim penghujan.

Di tengah keramain nyanyian para burung, untuk kesepuluh kalinya, Rina mendapati seekor burung prenjak kecil berwarna coklat kehitaman yang sedari tadi hinggap dan pergi di dahan pohon belimbing di samping rumahnya. Kali ini dia melihat, burung prenjak kecil tersebut sangat sibuk mengais – ngais dedauan yang dirasa sudah menua dengan moncong mulutnya yang kecil. Tak lama, burung prenjak kecil tersebut mencuil sehelai ranting kecil pohon yang sudah rapuh dan beranjak terbang membawanya. Entah apa yang dilakukan burung tersebut, Rina tak ingin penasaran memikirkannya.

Di kejauhan, beberapa layang – layang kertas menghiasi langit cerah dengan warnanya. Dengan cuaca pagi yang cerah seperti ini, dan di saat libur panjang kenaikan kelas, banyak anak kecil yang memanfaatkan-nya untuk bermain layangan. Cuaca yang cerah, membuat gunung merapi dari kejauhan pun terlihat jelas. Namun cuaca cerah kali ini, tak secerah perasaan Rina di pagi hari. Hal itu terlihat dari wajah murung Rina yang menyikapi pagi hari yang cerah ini dengan ekspresi dingin.

Delapan bulan yang lalu, di sebuah pinggiran taman kota di sore hari. Kekasihnya yang saat itu berhasil terdaftar sebagai Angkatan Darat yang sebelumnya gagal selama 3 kali mencoba, merayakan keberhasilannya dengan mengajak Rina jalan – jalan. Rina terkejut, ternyata tidak hanya merayakan keberhasilannya saja sang kekasih mengajaknya jalan – jalan, di lain itu, sang kekaksih mengungkapkan maksudnya untuk melamar dirinya. Namun Rina menolak dengan tegas lamaran sang kekasih karena saat itu juga sang kekasih mengutarakan niat melamar dirinya karena dia beberapa bulan ke depan akan ditugas dinaskan selama 2 tahun lamanya di luar pulau Jawa. Sang kekasih melamarnya karena dia ingin mempunyai ikatan yang jelas dan resmi dengan dirinya, agar saat ketika kekasihnya berpisah selama 2 tahun untuk dinas, perasaannya akan selalu tentram karena Rina sudah terikat ikatan cincin pertunangan dan menjadi semangat kekasihnya dalam bekerja. Namun Rina menolak dengan kejam, dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan kekasihnya sangat egois. Rina mengungkapkan bahwa sang kekasih tak memikirkan bagaimana perasaan dirinya jika ditinggal selama 2 tahun dengan ikatan cincin pertunangan. Daripada menderita menunggu dengan perasaan tak menentu dibawah ikatan cincin pertunangan, akhirnya saat itu juga Rina memutuskan hubungan dengan kekasihnya.

“Bagaimanapun juga aku akan selalu menunggu jawabanmu sebelum keberangkatanku.Aku tak akan menganggap jawabanmu hari ini adalah mutlak. Pintu masih terbuka lebar untukmu Rina. Aku benar – benar mencintaimu,” Begitulah kata – kata sang mantan kekasih yang masih menghantui dirinya. Kata – kata terakhir dari sang mantan kekasih masih selalu terngiang di benakknya dan selalu membebaninya. Hubungan percintaan yang terbina lebih dari 3 tahun lamanya berakhir dengan menyedihkan. Dan kata – kata mantan kekasihnya, tak akan pernah bisa dilupakan karena lamanya ikatan hubungan yang pernah mereka berdua jalani.

Sebuah mobil sedan, berwarna putih bersih dan terlihat anggun. Seperti layaknya keanggunan pria yang mengendarainya saat dia keluar dari mobilnya. Pria itu berbadan tegap, tingginya hampir mencapai 180cm. Berkulit putih, beramput pirang disisir dengan kombinasi rapi dan sak – sak ala jaman sekarang. Berwajah halus layaknya anggota boy band korea. Berpakaian hitam formal. Pria bersahaja itu turun dar mobilnya dan memasuki rumah Rina. Melihat pria itu sudah memasuki area rumah dan terdengar ketokan pintu, Rina langsung beranjak dari jendela kamarnya, menuju ke depan cermin dan merapikan dandanan baju, rambut serta pemerah bibirnya.

“Rinaaaaa, sedang apa kamu di atas sana??!! Cepat Turun, Faisal sudah menunggumu!” Teriak keras sang Ibu dari lantai bawah.

“Iya Buuu, sebentar, ini juga udah mau kesitu kukk!!” Jawab Rina. “Huuh, kenapa ibuku yang bawel ya, kan yang mau kencan aku,” Desah Rina dalam hati.

Faisal, adalah kekasih Rina saat ini. Dia adalah pria yang berhasil mengisi kekosongan hati Rina semenjak putusnya hubungan dengan mantan kekasihnya. Di suatu hari di acara pasar malam yang diadakan di hari – hari tertentu, Faisal melihat Rina termenung diam di tengah ramainya susana hingar – bingar dan diantara keceriaan para keponakan Rina yang saat itu bersamanya. Di saat itulah Faisal mendekati Rina. Gaya bicara dan daya tarik Faisal, mampu memberikan secercah senyum di saat dirinya sedang sedih, dan hubungan mereka semakin hari semakin meningkat menjadi sepasang kekasih. Faisal adalah pria yang tampan, dia mapan dan sudah bekerja tetap di kota tempat tinggal Rina berada.

Alunan musik pop terdengar merdu keluar dari pemutar musik di dalam mobil. Di saat perjalanan, Faisal sengaja memutar musik pop kesukaan Rina agar suasana menjadi romantis seperti biasanya. Namun, sepertinya hal itu tak berhasil kali ini. Semenjak awal perjalanan, Faisal melihat ada yang tidak beres dengan diri Rina. Dia merasa Rina kali ini banyak terdiam. Hampir selama perjalanan dia mendapati Rina memandangi pemandangan diluar kaca jendela.

“Sayang, apa terjadi sesuatu dengan dirimu? Apa kamu sedang sakit? Ceritakanlah kepadaku, “ Tanya Faisal dengan perasaan gusar.

Mendadak Rina tersentak dari diam dirinya yang seakan mematung mendengar pertanyaan Faisal dan menjawab “ Ah, maafkan aku, aku tidak apa – apa kuk sayang. Emm, lalu, kenapa mendadak subuh – subuh tadi kamu telepon mengajakku kencan di pagi hari seperti ini? Bukannya seharusnya kamu di kantor?”

“Syukurlah kalau kamu tak apa – apa. Aku sempat khawatir. Akan kuberitahu alasannya nanti. “Jawab Faisal dengan mengarahkan senyum manisnya ke arah Rina. Setelah itu dia melanjutkan konsentrasinya untuk kembali menyetir.

Mereka berdua akhirnya berhenti di salah satu restoran terkemuka. Di saat di dalam restoran tersebut Faisal memandangi gerak – gerik Rina yang seperti canggung saat memesan menu makanan dan seakan gelisah memandangi lingkungan sekitar. Ketika ditanya Faisal mengenai sikapnya, Rina malah balik bertanya mengapa Faisal mengajaknya ke restoran semewah ini? Tidak biasanya Faisal mengajak Rina ke tempat yang mewah. Kemudian Faisal menjelaskan semuanya bahwa kemarin dia diberitahu bahwa dirinya naik pangkat menjadi pengawas administrasi perusahaan. Pagi hari tadi adalah peresmiannya, dan besok dia mulai bekerja di posisi barunya, oleh sebab itu dia mempunyai waktu luang untuk mengajak Rina keluar pagi hari ini untuk merayakannya dan tak masalah jika tempatnya mewah. Tak lupa juga Faisal menerangkan bahwa setelah menempati posisi sebagai pengawas ini, jika kariernya baik, maka hanya perlu selangkah lagi menjabat sebagai manajer perusahaan. Setelah keterangan panjang lebar dari Faisal, Rina memberikan selamat atas prestasinya.

Ketika makanan datang dan kemudian dihidangkan, Rina tak sabar untuk segera menikmatinya. Namun anehnya Rina tak merasa aroma sup ayam Tionghoa yang dipesannya. Didepannya hanya berdiri mangkok besar berwarna merah dengan tutupnya yang bulat rapat tak mengeluarkan kepulan asap panas sama sekali seperti yang biasanya dia pesan. Begitu pula halnya dengan punya Faisal yang memesan menu yang sama dengan Rina. Setelah penasaran, ketika dibuka tutup mangkok tersebut, begitu kaget dirinya mendapati ada sebuah cincin di dalam mangkuk tersebut.

Rina, kemudian meminta penjelasan kepada Faisal mengenai semua ini. Tak perlu waktu lama, Faisal menjelaskan segalanya yang menjadi lobang tanda tanya di pikiran Rina. Faisal menjelaskan bahwa dirinya ingin melamar Rina di saat hari kenaikan pangkatnya. Faisal menjelaskan bahwa dia tak ingin berpacaran terlalu lama dan sudah cocok segalanya dengan Rina walau hubungan pacaran mereka hanya berlangsung dalam hitungan bulan saja. Faisal juga mengatakan bahwa bila lamarannya diterima, selepas kelulusan kuliah Rina yang tak lama lagi, Faisal bisa memberi tempat untuk Rina bekerja diperusahannya sekarang dengan memanfaatkan posisi pangkatnya saat ini dan setelah itu segera merencanakan pernikahan. Kemudian Faisal membuka mangkuknya, di dalamnya juga terdapat sebuah cincin. Setelah penjelasan panjang lebar, Faisal kemudian menunggu jawaban dari Rina.

Mata Rina saat itu dipenuhi oleh genangan air mata, saking penuhnya, genangan itu berubah menjadi linangan air mata seperti bak mandi yang luber menampung banyak air seperti keran yang lupa dimatikan. Kedua tangannya pun serasa tak bisa digerakkan, dan dia mulai merasa tanggannya bergetar seperti orang ketakutan. Pandangannya pun sesaat memandang antara cincin dihadapannya, wajah Faisal yang tersenyum, dan juga jam dinding yang menunjukkan hampir pukul 11 pagi.

“ Terima Kasih sudah mau melamarku dan mengungkapkan segala isi hatimu sayang. Terima kasih juga selama ini telah mengisi hatiku dengan kebahagiaan yang tulus darimu. Maaf karena sebenarnya dirimu datang disaat diriku sedang bimbang memutuskan suatu hal yang aku sembunyikan darimu. Sebenarnya ruang kosong dalam hatiku ini sudah diisi oleh orang lain selain dirimu. Tetapi memang aku belum memutuskan siapa yang lebih tepat menjadi penghuni tetapnya. Dan, maaf, untukmu aku hanya membiarkkan cintamu singgah dihatiku, tetapi untuk menjadi penghuni tetapnya aku tidak bisa menerima. Karena sudah ada orang lain yang mengakar dalam hatiku ini.” Kata Rina dengan memandang serius ke arah Faisal.

Faisal mampu mencerna perkataan dari Rina adalah sebuah penolakan. Tapi mengenai orang lain di hatinya, Faisal tidak mengerti apa maksdunya? Apakah Rina berselingkuh di saat bersama dirinya atau memang ada seseorang yang tidak bisa dilupakannya dalam hidupnya? Wajar bila Faisal mempertanyakan itu kepada Rina karena semenjak mereka berpacaran, Rina tidak pernah menyinggung hal tersebut dalam hubungan mereka. Mendadak saja Rina berdiri, mengusap air matanya dan mengambil dua cincin yang berada di dalam kedua mangkuk pesanan mereka. Setelah itu dia mengucapkan maaf untuk terakhir kalinya kepada Faisal kemudian bergegas berlari keluar Restoran. Faisal berusaha mencegahnya namun dia tak kuasa menahan keinginan kuat Rina yang ingin meninggalkannya. Akhirnya dia hanya melihat untuk terakhir kalinya Rina lambat laun berlari dari kejauhan menghilang ditelan bumi dengan perasaan kecewa dan sedih dan penuh tanda tanya.

“Sialan, mengapa cuaca secerah dan sepanas ini hari ini? Padahal aku mengharapkan hari ini hujan sehingga kita bisa tidur nyenyak di kapal nanti. Kalau cuaca begini, kita bakal terpanggang di dalam kapal karena hawa panas, kata Bayu sambil mengusap peluh keringatnya yang bercucuran saat mendorong truk yang mogok bersama rekan - rekannya.

“Sudah jangan terlalu banyak mengeluh. Kalau truk ini tidak cepat menyala, kita akan ketinggalan jadwal pembenrangkatan kapal ke pulau Maluku. Satuan kita bakal kena hukuman habis – habisan bila itu terjadi, “ Kata salah satu rekan Bayu yang juga bermandikan keringat di sampingnya.

Usaha mereka pun tak lama setelah itu membuahkan hasil. Akhirnya, truk militer yang mogok di tengah jalan tersebut kembali mampu berjalan setelah didorong oleh beberapa serdadu. Bayu yang sudah kembali di dalam truk mencoba mengatur kembali nafasnya saat duduk bersandar di kursi berjajar bersama banyak rekannya. Mereka semua berisik mengeluhkan bau keringat yang memenuhi ruangan belakang truk itu tempat menampung para prajurit. Sindiran dan ejekan pun saling terjadi.

Di tengah laju kencang truk tersebut, secara mendadak truk tersebut mengerem dengan kencangnya sehingga mengakibatkan semua prajurit yang berada di belakang saling terhuyung – huyung berdempetan. Mereka para prajurit mulai kesal kalau – kalau truk ini kembali mogok. Mereka, tidak punya sisa kekuatan untuk kembali mendorong truk ini. Namun, kali ini bukan karena mogok, melainkan disebabkan oleh seseorang mencegat truck tersebut tepat didepannya.

“Hai, Mbak, dimana otakmu? Apa kamu mau mati dengan mencegat kami secara mendadak seperti ini? Bagaimana semisal rem kami blong? Apa kamu tak memikirkan resiko itu? “ Bentak salah satu prajurit yang berada di posisi kemudi. Kemudian Rina menghampiri supir tersebut dan meminta maaf. Kemudian Rina menanyakan apakah rajurit yang bernama Bayu ada di truk ini, sebab dia mempunyai kekasih bernama Bayu yang masuk di kesatuan macan tutul di kompi C sesuai tulisan yang tertera di kepala truk militer ini. Sang sopir kemudian menoleh kepada sersan yang berada di sampingnya, kemudian sang sersan memanggil bayu lewat jendela kecil yang menghubungkan dengan penghuni belakang truk. Sang sersan memberi waktu Bayu untuk menyelesaikan urusannya. Saat mengetahui Bayu dicari oleh seorang wanita, rekan – rekannya banyak yang menyindirnya, dan tak banyak yang iri karena Bayu mempunyai seorang wanita yang cantik dan mau berkorban mengejar Bayu sejuh ini.

Ketika berada di hadapanRina. Bayu terdiam mematung memandangi Rina. Dia seakan tak percaya apa yang telah dilakukan Rina. Dia merasa pintu hati Rina sudah tertutup untuknya. Dan dia sebenarnya juga tahu bahwa Rina setelah meninggalkannya, mempunyai seorang kekasih yang lebih tampan dan mapan dibanding dirinya yang sekarang kulitnya semakin menghitam karena selalu ditempa latihan yang berat selama masa bekal pendidikan sebelum tugas keberangkatan dinasnya pada hari ini.

“Rina, aku tak menyangka kamu bakal....”Kata Bayu tapi langsung dengan segera Rina membungkam mulut Bayu. “Aku tak ingin membuang waktumu yang berharga, “ jelas Rina dan kemudian dia mengeluarkan dua buah cincin dari sakunya. “Bukannya pintu kesempatan masih terbuka sesuai yang kamu katakan sebelum keberangkatanmu. Maka cepat lamarlah aku sebelum pintu itu tertutup dan aku berjanji akan menunggumu selama 2 tahun.”

Disaat Rina mengatakan itu kepada Bayu. Rina melihat burung prenjak yang tadi pagi sempat bolak – balik ke dahan pohon belimbing rumahnya, mencari ranting – ranting kecil yang sudah layu. Saat ini dilihatnya burung itu, dengan keadaan loyo membawa sebuah ranting kecil menuju ke dahan pohon tak jauh dari tempat mereka berdua berdiri. Didahan itu sebuah sarang sudah terbentuk meski belum 100% selesai. Saat hinggap disarang itu, sang burung itu seakan menyulam rumah mereka dengan ranting. Rina sadar di salam sarang rumah tersebut ada sang betina yang sedang mengerami telurnya. Rina kaget mengetahui kejadian ini bahwa sang jantan terbang dengan jarak sejauh itu mengambil ranting di pohon rumah demi membenarkan sarang yang rusak untuk kenyamanan sang betina. Begitulah, berapa lamanya, berapa jauhnya jarak yang memisahkan, sang jantan pasti akan kembali ke tempat dimana pujaan hati berada. Dan itulah gambaran yang terpancar di wajah Bayu saat ini yang berada di depannya. 


Yup. Akhirnya aku bisa berbagi cerpen-ku yang ke tiga ini bagi para pemirsa. Semoga kalian menikmatinya. Silah kan yang mau copy paste, asal jangan lupa nyantumin sumbernya untuk menghargai penulisnya, trims.

18 comments:

penyuluh perikanan said...

akhirnya selesai juga membaca postingan ini walaupun agak lama.sangat menarik, terima kasih sudah berbagi sobat

Andie SHinigami said...

kunjungan balik..

waaaah menarik sekali memang artikel ini

salam berbagi sob

Saya said...

mantap sob, jangan lupa visit back ya...

SEO Trick And Tutorial Blogging said...

Cerpen Yang Menarik Sob!y

Icahbanjarmasin said...

Astaga bang Arif bagus banget cerpennya,suka banget aku.

Penghuni 60 said...

knp gak dibikin novel aja sob, kyknya seru tuh kalo lbh diperpanjang lg ceritanya,

The Other Side said...

PPP@ Terimakasih sudah mampir teman :)
Andie@ Terima kasih teman :)
Yulio@ Beres gan :)
Seo@ Terima kasih :)
Icah B@ Alhamdullilah kalau Bang Icah suka :)
Penghuni60@ hehehe...makasih sarannya, udah ada rencana lo mau bikin novel, tp bukan dari cerpen ini idenya :)

tirahzairi said...

nice

f said...

mantap sob cerpennya..pengen belajar nulis cerpen nih jadinya...

The Other Side said...

Tizahzairi@trims mbak tizah :)
ysvcyber@ wah, buruan nulis cerpen gan, mumpung masih ada waktu :)

Anonymous said...

wah panjang juga cerita nie fol 184 succes di tunggu fol backnya

Unknown said...

keren ya cerpennya,

walau endingnya agak maksa, wkwkwkwkkk..

The Other Side said...

Kang Rohmadaini@ Folback sukses bang :)
Ima Rahmawati@ Wah mbak Ima tersesat juga di blog aku yach :D makasih dah berkunjung :P

Unknown said...

iya, nyesat nih..
oia, bikin lagi donk cerpennya, jadi ketagihan nih mau baca kaya2nya arief..

The Other Side said...

Wah wah wah gawat nih lo ada yang ketagihan, tanganku bisa keriting :) Ya makasih lo Ima suka :) InsyAllah sebulan sekali aku sempatkan nulis cerpen buat postingan Blog aku :)

Anonymous said...

nice post

happy blogging

Anonymous said...

mantap gan

happy blogging

The Other Side said...

Mas-Andes@ Makasih juga mas dah berkunjunga :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...